Jumat, 15 Agustus 2014

Membaca, Bukan Hobby Tapi Perintah Ilahi

Ungkapan membaca adalah hobby tampaknya harus di revisi. Karena, dengan pemahaman membaca sebagai hobby bisa jadi tidak akan terlalu mengoptimalkan kemampuan membaca kita. Hal ini disebabkan argumentasi membaca sebagai hobby hanya sekedar pemuasan naluri saja. Ketika menemukan bacaan yang menarik, atau ketika mood sedang bagus, baru melakukan aktivitas membaca. Bagaimana kalau mood sedang turun,? Bagaimana kalau buku yang harus dibaca tidak menarik? Bagaimana kalau sedang malas?.


Sekiranya membaca adalah hobby, apakah dibenarkan apabila ada seseorang berkata, ”hobby saya minum air putih”, padahal setiap orang minum air?! Padahal, semua orang tahu bahwa ini bukanlah hobby, tetapi kebutuhan primer.
Begitu juga tidak benar jika seseorang berkata ,” hobby saya makan.” Mengapa tidak benar? Sebab, makan adalah kebutuhan primer, bukan hobby. Semua manusia pasti akan lapar sehingga ia harus makan. Namun bisa jadi dalam hal makanan ini ada makanan yang lebih disukai dibandingkan dengan makanan yang lainnya. Memang ini adalah fitrah setiap manusia.
Namun, jika kita menghalangi atau tidak mau makan, minum, bahkan menghalangi atau tidak mau bernafas, hal tersebut bisa menyebabkan tubuh kita lemas bahkan akan membawa kepada kematian. Nah, membaca juga haruslah menjadi bagian dari kehidupan kita.
Menurut Dr. Raghib As-Sirjani dalam bukunya Spiritual Reading (2007), bagi seorang muslim membaca tidak boleh dijadikan hobby tetapi haruslah menjadi bagian dari kehidupannya, sebab aktivitas membaca merupakan perintah dari pencipta Manusia, Allah swt. Sebagaimana Firmannya:
“ Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuionya.” (QS.Al-Alaq : 1-5)
Dalam surat Al-Alaq ini perkataan “Bacalah” sampai di ulang 2 kali. Mengapa? Hal ini mengindikasikan aktivitas membaca haruslah dijadikan konsep hidupnya orang muslim.
Kata pena (al-Qalam) disebutkan sebagai penegas pada surat tersebut, sehingga perintah tersebut sangat konkret. Maksud dari membaca adalah membaca sesuatu yang ditulis dengan pena, tanpa ada kata-kata kiasan yang mengandung arti. ( Spiritual Reading: 2007)
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dengan demikian ’tahu’ adalah tujuan dari membaca. Allah swt tidak memulia Al-Qur’an dengan kata-kata,”Belajarlah.” Namun, Dia menyebutkan dengan tegas “Bacalah!”
Sungguh, banyak cara untuk belajar, seperti dengan mendengar, melihat, pengalaman, dan latihan. Akan tetapi, sarana yang agung tetap ”membaca”. Dengan hal ini, seakan Allah mengajarkan kepada kita, bahwa meskipun di sana ada sarana yang banyak untuk belajar, namun kita harus tetap 

artikel menarik yang diambil dari

http://alieth.wordpress.com/2008/03/

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More